Percayakah jika ide bisnis itu nilainya mahal sekali, bahkan unlimited? Kalaupun terpaksa harus muncul angka nominal tertentu untuk harga sebuah ide lebih karena kepentingan praktis, karena transaksi atas ide tersebut harus berlangsung. Sejatinya ide orisinal yang muncul di bisnis itu susah diukur nilainya. Ia bergerak memberi pengaruh terhadap banyak hal, menciptakan banyak situasi dan kondisi baru.
Contohnya adalah Coca Cola perusahaan raksasa dunia yang memproduksi minuman berkarbonasi dengan jutaan karyawan, saat ini penghasilannya lebih dari 175 miliar dolar per tahun. Mereknya dihargai hampir 70 miliar dolar di atas para kampium yang bisnisnya lebih bergengsi seperti Microsoft (US $ 64,1 miliar), IBM (US $ 51,2 miliar), GE (US $ 41,3 miliar), Intel (US $ 30,9 miliar), Nokia (US $ 30 miliar), Disney (US $ 29,3 miliar), dan Mercedes Benz (US $ 21 miliar). Wuih! Dan ranah kewirausahaan adalah muara jagad ide yang tidak akan pernah mati. Ide bisnis bisa didapat dimana saja di lingkungan sekitar hidup kita. Dimulai dari aktivitas pagi hari sampai petang, nyaris semua kegiatan kita dipenuhi beragam muatan informasi ide bisnis. Jika kita jeli, sedikit bersedia meluangkan waktu untuk mengamatinya secara seksama berbagai informasi itu bisa menjadi peluang ekonomi. Barangkali banyak tokoh yang tidak pernah menduga jika idenya hari ini telah memberi manfaat bisnis yang luar biasa besar bagi generasi penerusnya. Seperti Thomas A. Edison dengan bola lampunya, A. Graham Bell dengan teleponnya, Wright bersaudara dengan pesawatnya, Henry Ford dengan mobil masalnya, Soichiro Honda dengan motor kecilnya yang dipasang di sepeda onthel dan sebagainya. Kini lahir generasi berikutnya yang jauh lebih modern yang ide bisnisnya digarap dengan manajemen profesional dan dari awal diset-up akan mampu memberi manfaat untuk banyak orang. Contohnya Bill Gates dengan MS-DOSnya, Steve Jobs dengan PC merek Applenya atau Jeff Bezos dengan Amazon.comnya. Di ranah lokal pun hadir AA Gym dengan jaringan MQ-nya, Ir. Ciputra dengan Grup Ciputranya, Bob Sadino dengan Kemchiknya, dr. Boen setiawan dengan Kalbe Farmanya dan masih banyak lagi yang lain. Lantas bagaimanakah memicu munculnya ide bisnis? Ide tak jatuh begitu saja dari langit, kehadirannya musti diperjuangkan. Sumber inspirasi bisa datang dari mana saja, tak terkecuali di lingkungan kita sehari-hari. Dari pengalaman diketahui ada beberapa hal yang memicu pertimbangan ide bisnis itu muncul. Diantaranya Pertama kelangkaan atas suatu kebutuhan, baik benda atau jasa. Kedua Kualitas, kecepatan dan harga. Barangkali faktor inilah yang paling kerap menjadi pemicu pertimbangan seseorang memasuki suatu wilayah bisnis. Ketiga, menampilkan bisnis yang berbeda. Kini banyak bisnis yang muncul karena ingin diposisikan berbeda dengan tempat lain. Keempat, desakan untuk bertahan hidup. Pertimbangan kepepet inilah yang rata-rata menjadi sebab munculnya ide bisnis yang kadang-kadang sangat tidak terduga. Banyak bukti entrepreneur sukses memperlihatkan itu, seperti Puspo Wardoyo yang mengawali berjualan ayam bakar kaki lima di Kota Medan yang kini sukses dengan Ayam Wong Solonya. Kelima, berangkat dari hobi. Banyak pula bisnis yang muncul yang awalnya dari hobi, contohnya di Kota Semarang hadir Anne Avantie - desainer busana yang kini begitu kondang di seantero negeri ini yang awal bisnisnya berangkat dari hobi mendesain pakaian. Yang jelas betapa ide cemerlang ditunjang keberanian dan ketekunan, telah terbukti menelurkan keberhasilan bagi banyak pengusaha. Sehingga tak ada alasan lagi untuk mengekang ide dalam sangkar pikiran. Cepat atau lambat ia musti di semai dan dipetik. Selamat berburu ide!
- iLik sAs, Kordinator Relawan JRU -
Tulisan ini pernah dimuat di Suara Merdeka
No comments:
Post a Comment