Kelengkapan pengetahuan kewirausahaan di masa kini terus mengalami perkembangan. Untuk menjadi enterpreneur, seseorang tidak cukup hanya didasarkan pada bekal kemampuan logika dan rasional (kecerdasan otak kiri) saja. Kini untuk mampu mengarungi bisnis kecerdasan otak kanan juga musti optimal. Otak kanan?
Daniel Goleman, pencetus konsep “Emotional Intelligence” (Kecerdasan Emosional) melakukan pemetaan pada otak manusia. Ia menyimpulkan, manusia punya 2 otak, belahan kiri biasa disebut dengan otak kiri. Bagian ini untuk merespon segala sesuatu informasi yang lebih bersifat rasional, logikal, analitik, numerik, linier dan verbal. Pendek kata otak kiri berfungsi sebagai otak pikir yang lebih ke urusan teknis.
Yang belahan sebelah kanan disebut dengan otak kanan. Bagian ini sarat dengan respon intuitif, holistik, reseptif, eksperimental, subyektif dan non verbal. Gampangnya jika saya sebut, otak kanan ini berfungsi sebagai otak emosional atau otak yang merasakan. Seorang entrepreneur yang mampu meyelarasakan otak kiri dan otak kanan akan lebih mudah mengarungi bisnis di era kompetisi yang sangat tinggi ini.
Pengetahuan logika dan rasional tidak selamanya mampu mengatasi setiap persoalan. Dengan meningkatkan kemampuan otak kanan, seseorang akan lebih luas melihat secara keseluruhan setiap hambatan yang menghadang. Rajin mengasah kecerdasan otak kanan akan berpengaruh pada kemampuan wawasan intuitif seseorang. Intuisi (indera keenam) adalah kepekaan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima oleh kelima indera seseorang. Sadar atau tidak, intuisi (atau ada yang menyebut sebagai feeling) inilah yang kerap membantu seorang pebisnis. Misalnya saat menentukan peluang bisnis yang menguntungkan.
Seperti kutipan, Robert Bemstrin, pakar entrepreneurship terkemuka, bahwa ada kalanya seorang pelaku bisnis mengalami “kelumpuhan rasionalitas” hingga pada saat itulah opini banding diperlukan, “Saat itulah kecerdasan intuisi seorang entrepreneur diuji” tegas Robert.
Intuisi dapat melindungi kita dari orang-orang yang berbahaya atau akan merugikan kita. Berhadapan dengan pribadi yang seolah hebat, pintar diplomasi dengan paparan data yang akurat dari calon partner bisnis, padahal ia sedang menyakinkan kita untuk menipu. Berkat intuisi yang tajam kita kerap diperingatkan untuk terhindar dari langkah bisnis yang akan menjerumuskan. Hingga kini sejumlah penelitian menyangkut pemetaan otak kian menyakinkan. Lantaran merangsang kemampuan otak kanan erat kaitannya dengan munculnya ide-ide segar terbaru, gairah dan emosi.
Merangsang kecerdasan otak kanan juga mampu memacu kemampuan kreatifitas, inisiatif dan keberanian seorang pebisnis. Bahkan menurut kajian, jika kecerdasan otak kanan kita rangsang secara otomatis kemampuan kecerdasan otak kiri kita ikut meningkat. Namun sebaliknya jika kecerdasan otak kiri kita rangsang, otak kanan tidak menunjukkan aktivitas peningkatan. Seorang entrepreneur hampir setiap hari menghadapi godaan, tantangan bahkan hambatan untuk itulah keseimbangan kecerdasan otak kiri dan otak kanan musti terus dioptimalkan. Terlebih mengarungi ranah bisnis di era hyper-competition seperti sekarang.
Lantas bagaimana sajakah latihan mengasah kemampuan otak kanan?
- iLik sAs -
No comments:
Post a Comment