Di era kompetisi yang begini hebat ini seorang entrepreneur dituntut untuk terus mau bergerak dan berubah sesuai dengan perkembangan yang ada. Begitu pun ketika kita bertekad menjadi pebisnis dengan spesifikasi barang atau jasa tertentu. Sudah pasti kita bertekad untuk menempatkan diri kita terdepan, dengan totalitasnya, termasuk kelebihan dan kekurangan kita.
Pertanyaannya; mengapa orang musti memilih produk kita? Mengapa tidak yang lain? Atau sebelum itu, bagaimana konsumen bisa menemukan kita di tengah puluhan bahkan ratusan orang yang menyediakan jasa yang sama? Beruntung dan bersyukur sekali kalau jawabannya adalah : Karena kita adalah yang terbaik di bidang tertentu, dan semua orang tahu itu.
Berapa di antara kita yang berani memberi jawaban seperti itu? Anggaplah kita yang terbaik. Namun benarkah semua orang mengetahuinya? Atau sebaliknya, katakanlah semua orang tahu bahwa kita adalah seorang entrepreneur handal dengan spesifikasi bidang tertentu. Tapi apakah mereka yakin bahwa kita yang terbaik?
Dengan tuntutan kompetisi itulah kita sadar bahwa kita bukan satu-satunya pebisnis di bidang tertentu. Sebutlah kita merasa menjadi jawara dalam bidang tertentu, bukan berarti bahwa kita adalah satu-satunya penyedia layanan produk tertentu tersebut. Sebab entry barrier untuk memasuki sektor bisnis independen tersebut tentulah sangat kompleks jika ingin menjadi yang terbaik dan dikenal.
Untuk itulah maka apa pun bisnis yang kita geluti, salah satu hal yang amat penting adalah senantiasa mengkomunikasikan bisnis kita. Kita sebagai salah satu produsen sebuah produk barang atau layanan jasa musti mampu membangun alasan yang sedemikian kuat sehingga konsumen akan memilih produk kita. Kita harus bisa membangun persepsi bahwa kita adalah penyedia layanan terbaik yang bisa diperoleh oleh calon pelanggan.
Lantas bagaimanakah cara membangun persepsi pasar itu? Tentu saja dengan terus mengkomunikasikan posisi kelebihan dan kekuatan diri kita dengan baik. Prinsip utamanya yang perlu selalu diingat adalah, bahwa isi komunikasi kita kepada (calon) konsumen itu berarti janji kita kepada mereka. Sementara persepsi yang kita bangun itu adalah harapan para (calon) konsumen. Kalau di benak klien sudah muncul harapan berarti komunikasi yang kita utarakan sampai. Yang terpenting disini adalah isi dari komunikasi yang diutarakan itu haruslah sisi positif dan ideal yang harus bisa kita penuhi.
Hal lain yang barangkali perlu diketahui adalah, bahwa persepsi yang kita bangun itu tidaklah bersifat statis, namun sesuatu yang dinamis. Ia musti disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang menggejala pada saat kekuatan kita itu dikomunikasikan. Setelah keberhasilan membangun persepsi itu terbangun, berikutnya kemampuan kita men-deliver janji dan harapan tersebut harus diwujudkan dalam bahasa yang operasional, bahasa yang nyata. Sesuatu yang harus bisa dirasakan langsung target market kita.
- iLik sAs -
No comments:
Post a Comment